Pages

Subscribe:

wibiya widget

Cursor

Selasa, 19 Maret 2013

Sang Penjaga: Pencarian

“Satu bintang telah keluar orbit, yang lain iri karenanya. Semesta akan menjadi hampa, bagaikan langit tanpa bintang”

Kata-kata itu terus mengalir tanpa henti di kepalaku, tepatnya di sudut otakku yang belum mengerti tentang semuanya. Hidup yang kini kurasakan menjadi semakin buruk dari masa lalu ku yang sudah cukup kelam. Tanpa cahaya petunjuk, kulangkahkan kaki kemana ia mau.

Sepucuk surat tiba di depan pintu istana Drakeran, lebih tepatnya sebuah catatan. Isinya sebuah kata-kata yang berisi maksud tertentu.

“Satu bintang telah keluar orbit, yang lain iri karenanya. Semesta akan menjadi hampa, bagaikan langit tanpa bintang”

Jelas ini merupakan surat ancaman. “Satu bintang” berarti ayahku, Sang Penjaga yang telah dibunuh oleh sekelompok orang bernama Red Cloack atau Jubah Merah. Mungkinkah akan ada yang terbunuh lagi? Siapa target berikutnya? Dan kapan waktunya?

Kakiku membawaku menuju tempat berkumpul semua orang, pasar. Segala yang ada disini bercampur tanpa membedakan suku, ras, maupun agama. Mereka hanya memiliki satu tujuan, berbisnis. Siang ini mentari kian menyengat, membuat dahaga yang kurasa hampir mencapai puncaknya. Kudatangi sebuah bar dan memesan segelas anggur, hal yang sangat jarang bisa kurasakan di masa lalu. Di sudut ruangan kulihat seorang wanita duduk sendirian. Aku mendekat dan duduk di sisinya.

“Sendirian saja?” kataku memecah keheningan.

“Tidak, aku bersama kedua temanku”

Tatapan matanya kosong, mukanya pucat, pakaiannya lusuh. Sepertinya ia sulit ditemukan di sekitar sini.

“Lalu dimanakah teman-temanmu itu?”

“Mengapa kau terus bertanya? Apa maumu?”

“Tenang, aku tidak bermaksud jahat. Aku hanya ingin bertanya”

“Kalau kau ingin tahu, tanyakan pada dirimu sendiri. Ia akan menjawabnya” ia melangkah keluar bar. Sebelum sampai pintu, kuraih tangannya dan kutahan lajunya.

“LEPASKAN!! ATAU KAU MEMANG INGIN BERKENALAN DENGAN TEMANKU!!” ia berteriak histeris. Seluruh pengunjung bar menoleh ke arah kami.

“Bisakah kau tenang? Aku hanya ingin tahu”

DOR!!

Sebuah peluru menghentakkan diriku ke belakang. Genggamanku pada wanita itu terlepas, dan sekilas kulihat senyuman di bibirnya. Semuanya gelap, kepalaku terasa sakit, dan samar-samar kudengar suaranya.

“Itu salah satu temanku. Ia mengatakan salam kenal dan sampai jumpa”

-Bersambung-

0 Komentar:

Posting Komentar