Kala itu aku bersama temanku Toni lembur hingga malam hari, dan kami pulang sekitar pukul 12 malam. Kami berkendara di jalanan kota yang telah sepi setelah seharian sibuk. Aku teringat akan lampiri, dan berkata kepada temanku.
"Hey, tidakkah kau ingat tentang cerita perempatan lampiri? ini sudah jam 12."
"Memangnya kenapa? Kau takut?"
"Bukan, aku hanya mau hidup lebih lama lagi. haha."
"Kalau kau takut, memutar saja lewat jalan di sebelah sana. Tapi akan makan waktu lebih lama."
"Baiklah, aku lewat sana saja. Hati-hati ya, nanti dimakan hantu kamu. hahaha."
"Tenang, hantu akan lari jika melihatku. Aku kan lebih seram daripada hantu. hahaha."
Kami pun berpisah, aku memutar lewat jalan lain sedangkan Toni tetap lewat LAMPIRI. "Memang kalau lewat sini lebih lama, yang penting aku selamat," batinku.
Sampai di rumah, aku segera terlelap dan tak sadar apa yang terjadi sampai...
"Kriiingg..." Telepon rumahku berbunyi.
"Halo, siapa ini?"
"Anton, apakah Toni menginap di tempatmu?" Ternyata istrinya Toni.
"Tidak. Ada apa memangnya?"
"Ia belum pulang dari semalam."
"Apa? Sudah kau coba hubungi ponselnya?"
"Berulang kali, namun tak ada yang menjawab. Sekali ada yang menjawab, terdengar suara terengah-engah seperti orang kesakitan."
"Baiklah, aku coba bantu cari dia."
"Klik." Gagang telepon kutaruh di tempatnya.
Tempat pertama yang kutuju adalah LAMPIRI. "Semoga tak terjadi apa-apa." batinku.
Sampai disana, terhenyaklah aku. Banyak orang berkerumun mengelilingi sesosok tubuh yang tak lain adalah Toni. Mengenaskan, badannya terpisah-pisah. Kepalanya berada dibawah lampu lalu lintas, kakinya berada di tepian jembatan, sedang tangan dan badannya terhimpit dibawah motornya yang terpisah pula bagian-bagiannya.
Sejak saat itu, aku tak mau lewat LAMPIRI saat malam. Apapun alasannya.
Tapi takdir berkata lain. Suatu malam boss memintaku mengirimkan paket ke sebuah rumah di dekat perempatan LAMPIRI. dan tak ada jalan lain selain lewat jembatan itu.
Saat itu, aku lihat sudah pukul 11.30 malam. kusempatkan menulis surat jikalau terjadi sesuatu.
"Surat ini kutulis jikalau ada sesuatu yang menimpa diriku. Malam ini aku pergi ke jembatan LAMPIRI. Jika esok hari aku tak masuk kerja, tolong periksa aku di LAMPIRI. mungkin aku akan ada disana. Hidup atau Mati."
Pukul 12 malam aku sampai di jembatan LAMPIRI. Lampu lalu lintas berwarna merah, seperti di cerita. Bulu kudukku merinding seketika. Aku coba terus jalan tanpa berhenti, namun tiba-tiba mesin motorku mati dan tak bisa menyala. Suasana langsung berubah sunyi, aku melihat di sekelilingku seperti 50 tahun yang lalu, aku melihat saat pembunuhan itu tepat dibelakangku. Aku seperti kembali ke masa lalu. Tak lama penglihatanku kembali ke saat sekarang. Dan ada suara terengah-engah di belakang telingaku. "Mungkin ini yang didengar istrinya Toni." batinku. Ia berbisik, "ikutlah denganku. Akan kubawa kau ke tempat yang lebih baik". Saat kupalingkan kepala, terdapat sesosok wanita cantik jelita mengenakan jubah putih sedang mengulurkan tangannya. Kusambut tangannya bagai tersihir, dan kucium tangannya bak seorang pangeran dan putri. Namun ketika kulihat wajahnya lagi, seketika berubah menjadi wajah yang buruk rupa. Apa yang terjadi selanjutnya adalah mimpi paling buruk yang pernah kualami.
Esok harinya, mayat Anton ditemukan di jembatan LAMPIRI dengan kondisi yang sama mengenaskannya dengan Toni. Sekian.
-LAMPIRI-
0 Komentar:
Posting Komentar