Hai Sahabat semua, lama tidak posting lagi. Setelah berpusing ria dengan banyak masalah yang ada, akhirnya kita dipertemukan kembali. Kali ini saya punya sedikit pengalaman yang ingin dibagi.
"Pernahkah kau bermimpi?"
"Tentu, semua orang pernah mengalaminya."
"Pernahkah kau bermain dalam mimpimu?"
"Hei, tunggu. . . Apa yang coba kau katakan? jangan mempermainkanku ya. . ."
"Tenang saja, ini adalah pengalamanku saat bermimpi beberapa hari yang lalu."
"Malam itu, sebelum tidur aku mengenakan pakaian tidurku dan minum segelas air. Tak kusangka bahwa itu adalah air terakhir yang dapat kurasakan malam itu."
"Apa yang terjadi?"
"Saat tidur, aku bermimpi. Dalam mimpi tersebut aku bertemu dengan teman-temanku yang lain. Kami bermain bersama di tengah lapangan. Ketika tengah bermain, kami dikejutkan dengan teriakan seseorang. Ternyata rumah Toni (nama samaran) tengah dilalap api yang sangat besar. Ibu dan kakaknya masih di dalam rumah. Toni kelihatan sangat sedih. Seharian ia hanya duduk di sisa-sisa beranda rumahnya yang telah habis terbakar. Ketika aku bangun pagi harinya, Ibuku menatapku dengan tampang yang aneh."
"Apa yang terjadi, bu? ada apa?"
"Rumah Toni semalam terbakar habis, Ia dan seluruh keluarganya meninggal di tempat."
Aku sangat terkejut dan langsung berlari ke kamar. Aku menangis sejadi-jadinya. Ada apa gerangan? apa yang terjadi pada diriku?
"Keesokan harinya aku bermimpi bahwa aku sedang diajak ke rumah sakit. Ayahnya Budi (nama samaran) mengalami kecelakaan, matanya terkena pecahan kaca dan harus dioperasi. Kami semua mendoakan yang terbaik untuk beliau."
Pagi harinya, kudengar dari ayah bahwa rumah Budi semalam dirampok. Ayahnya yang berusaha melawan terkena pecahan vas bunga yang jatuh. Matanya tak dapat diselamatkan, ya Ia sekarang buta.
Sejak itu aku takut untuk tidur di malam hari. Aku selalu terbangun hingga pagi dan tidur di siang hari. Ini berakibat pada menurunnya kualitas belajarku di sekolah. Kuceritakan pada ayah akan tetapi ia hanya berkata bahwa itu hanya sebuah kebetulan.
"Kau tidak perlu khawatir." Kata ayah.
"Tiga hari kemudian aku bermimpi aneh lagi, seluruh badanku tak bisa digerakkan. Ketika aku sadar, aku tengah berada di peti mati. Ya, aku terbaring kaku tanpa nyawa. Arwahku telah terpisah dari raga, dan kulihat teman-temanku tidak menangis dan malah tersenyum melihat kematianku. Ada apa ini? mereka bahagia melihatku mati?"
Ketika bangun, kuceritakan mimpi ini kepada ibu. Ibu memelukku dan berkata,
"Tenang, nak. Ibu akan selalu bersamamu sampai kapanpun."
Sore harinya, saat aku pulang dari sekolah kulihat ibu di dapur tergeletak tak bernyawa dengan urat nadi yang mengeluarkan darah.
Sejak saat itu, ketika aku bermimpi buruk aku tak pernah menceritakannya kepada siapapun. Aku takut itu akan menjadi nyata.
"Sungguh cerita yang menegangkan, kawan."
"Ya, dan tahukah engkau? kaulah orang yang pertama mendengar cerita ini dariku langsung. Dan semalam aku bermimpi bertemu orang aneh yang sedang melompat dari atas gedung."
"Oh tidak. . . Jangan katakan aku akan mati. . ."
"Tenang, aku akan selalu bersamamu."
Dan tahukah kalian Sahabat? Orang tersebut meninggal keesokan harinya dan ditemukan di bawah jembatan layang. Dan tahukah kalian? kurasa aku yang telah mendorongnya jatuh. Karena aku sudah berjanji, akan selalu bersamanya.
-The End-
Jumat, 18 Januari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Komentar:
Posting Komentar